Untuk membuat model ini, perlu diketahui karakter kambing ini antara lain kemampuan beranaknya yang 3 kali dalam 2 tahun; rata-rata anak dua meskipun bisa 3, 4 atau 1. Kemudian kambing adalah juga merupakan hewan yang mudah mati bila terkena penyakit, rasio kematian yang dianggap wajar adalah 5 %. Nah kalau sebagai contoh Anda pelihara 100 ekor kambing sekarang, berapa ekor kambing akan Anda miliki 10 tahun yang akan datang bila diambil rata-rata beranak 3 kali dalam dua tahun, rata-rata sekali beranak 2 dan rasio kematian 5% ?. Anda akan terkejut dengan jumlahnya , pada akhir tahun ke 10 jumlah kambing di kandang Anda bisa mencapai 681,000 ekor !. Wow, nggak masuk akal ? , berikut penjelasannya. Dengan rasio kematian 5% per tahun; kambing indukan awal yang tadinya 100 – akan tinggal 63 ekor pada tahun ke 10. Tetapi kambing turunan 1, sudah ada 300-ekor pada akhir tahun ke 2 dan telah menjadi 1790-an ekor pada akhir tahun ke 10. Kemudian mulai tahun ke 4 lahir kambing turunan ke 2, yang pada akhir tahun ke 10 telah menjadi sekitar 22,000 ekor. Mulai tahun ke 6 lahir turunan ke 3, yang kemudian pada akhir tahun ke 10 jumlah turunan ke 3 ini telah mencapai sekitar 149,000 ekor. Pada tahun ke 8 lahir turunan ke 4, yang dua tahun kemudian yaitu akhir tahun ke 10 turunan ke 4 ini telah mencapai 509,000 ekor. Jadi kambing Anda saat itu dari induk awal sampai turunan ke 4-nya adalah 63+1,790+22,000+149,000+509,000 = 681,853 ekor. Apakah semudah ini kita beternak kambing ?, tentu tidak. Untuk menggarap potensi yang besar tersebut tantangannya tidak kalah besarnya. Untuk menjaga agar kematian rata-rata berada disekitar angka 5% saja – ini dibutuhkan berbagai keahlian dokter hewan untuk mengatasi berbagai penyakit yang bisa menyerang kambing. Untuk membuat kambing hamil dan beranak tepat waktu setiap 8 bulan, dibutuhkan serangkaian ahli-ahli reproduksi hewan yang canggih. Untuk menjaga kesehatan kambing agar dapat hidup sampai usia 10 tahun, dibutuhkan ahli-ahli pakan dan nutrisi hewan yang paripurna. Walhasil intinya tidak mudah, namun potensi tersebut riil dan bisa dicapai. Saya sendiri optimis, bahwa seluruh keahlian tersebut pasti ada di anak-anak bangsa ini. Tinggal menemukan saja orang-orang yang tepat untuk ini. Katakanlah kita tidak berhasil membuat tingkat kematian hanya 5 % tetapi 10 %, maka kambing kita pada tahun ke 10 masih akan mencapai diatas 500,000 ekor. Bila kita gagal membuat kambing beranak tepat waktu setiap 8 bulan dengan anak rata-rata 2; tetapi hanya tercapai separuhnya saja; maka kambing kita pada akhir tahun ke 10 akan turun drastis tetapi masih diatas 58,000 ekor. Anggap kita gagal keduanya, yaitu kambing hanya beranak separuh dari target (3 ekor dalam 2 tahun bukan 6 ekor dalam 2 tahun), kemudian kita juga hanya bisa menekan kematian pada tingkat 10% populasi per tahun – maka kambing kita di akhir tahun ke 10 masih berjumlah di kisaran 43,000 ekor. Jadi rentang hasil peternak yang biasa saja dengan peternak yang berhasil sampai akhir tahun ke 10 adalah antara 43,000 – 680,000 ekor. Seandainya toh kita hanya menjadi peternak yang biasa-biasa saja tetapi benar-benar dilakukan, maka problem daging dan susu nasional yang sampai sekarang masih mengandalkan produk import insyaallah bisa kita atasi. Inilah barangkali salah satu rahasia ekonomi para nabi, mereka bekerja dengan cerdas menggembala kambing karena multiplier effect yang luar biasa ini. Apa yang kami lakukan di peternakan kambing kami di Jonggol, adalah baru langkah awal untuk mengikuti jejak para nabi tersebut. Meskipun 4 piala dalam kontes ternak se Jawa Barat telah bisa kami raih, tidak berarti apa yang kami lakukan sudah berhasil. Masalah-masalah seperti menekan rasio kematian, masalah pakan, masalah reproduksi tetap masih harus diatasi sekuat tenaga agar minimal kita bisa menjadi peternak yang biasa-biasa saja. Karena risiko besar yang masih harus diatasi tersebutlah yang membuat kami selama ini belum menerima ‘ titipan’ investasi kambing; namun bagi (calon) investor yang mau mempelajari perkambingan ini dan mau menangung risiko sama seperti yang kami hadapi – insyallah kami mulai bisa libatkan segera. Ada dua pola investasi yang segera kami buka – dan bagi yang berminat mulai bisa menghubungi kami untuk mendaftarkan minatnya (letter of intent); Pertama adalah investor hanya bertindak sebagai Shahibul Mal dalam aqad Mudharabah Muqayyadah. Melalui pola ini investor bisa menyimpan dananya di BMT mitra kami seperi BMT Daarul Muttaqiin atau Bank Syariah yang ada kerjasama dengan kami, secara spesifik dalam simpanan tersebut di aqadkan untuk berternak kambing di peternakan kambing Indolaban - Jonggol Farm (karena insyallah nantinya ada peternakan-peternakan lainnya). Pola yang kedua, investasi langsung dimana (calon) investor benar-benar terlibat dalam peternakannya. Investor bisa membeli kavling di Jonggol Farm yang cukup untuk membuat kandang dlsb. Tanah , kandang lengkap isinya menjadi milik penuh investor. Bila diperlukan support dari sisi pemeliharaan kambing, kesehatan, pakan dlsb. dapat di outsourced ke team kami yang ada di lokasi; demikian pula dengan pengolahan dan pemasaran produknya. Sama dengan pola investasi syariah pada umumnya; tidak ada jaminan apapun dari kami mengenai hasil atau return-nya ; yang ada adalah usaha bersama untuk menekan risiko dan be-ramal jama’i secara maksimal – agar kelak kita bisa berdaulat dari sisi ekonomi – mulai dari kambing ini. Lantas bagaimana prosedurnya bila Anda berminat ?, selain mengirim surat/email yang menyatakan minat tersebut, Anda kami undang untuk berkunjung ke Jonggol agar Anda bener-bener tahu apa yang kami lakukan disana, tahu risiko-nya selain juga tahu potensi hasilnya. Semoga Allah memudahkan kita untuk beramal yang diridloi-Nya. Amin.